Kamis, 15 Juni 2017

How to Survive in Bangkok, Thailand (1)

Aku melakukan perjalanan ke Thailand bukan karena disengaja, melainkan insiden, yang sama sekali tidak aku persiapkan dengan matang. Aku menghadiri international research forum yang bertempat di Pattaya, dan aku berpikir, rasanya tidak afdol jika ke Thailand tanpa singgah di Bangkok. Persiapan perjalanan ini hanya aku siapkan dalam waktu dua hari, H-2 beli tiket pesawat dan H-2 booking hostel. Jadi, kota yang aku tuju adalah Bangkok dan Pattaya.


Aku berangkat dari Jakarta (Soetta Airport) ke Bangkok (Don Mueang Airport) pukul 10 pagi dengan pesawat Thai Lion Air. Berburu tiket pesawat bisa melalui website maskapai apa saja, seperti AirAsia yang biasanya lebih murah kalau pas lagi promo. Aku dapat tiket yang menurutku cukup mahal, karena beli tiketnya udah H-2 keberangkatan. Saran untuk yang backpackeran; tiket pesawat bisa dibeli murah setahun sebelum keberangkatan.
Thai Lion Air Boarding Pass

Long Journey Jakarta-Bangkok


Sekitar jam 2 siang, aku sudah tiba di Don Mueang Airport dan ngantri panjang di imigrasi untuk cap pasport. Bagian ini lama memakan waktu lama banget. Setelah dapat cap pasport masuk ke Thailand, aku menuju pintu keluar, kebetulan tidak ada bagasi karena aku cuma bawa satu tas backpack. Pada pintu exit 2 (kalo gak salah inget), dimana banyak antrian pemesanan taksi, aku keluar. Tujuanku ke Mo Chit bus terminal, saat baca-baca di blog orang, tinggal naik shuttle bus A1 kesana. Kebetulan banget bus nya udah nangkring gak jauh dari pintu keluar bandara. Tinggal nanya ke kernet-nya (rata-rata kernet bus di Thailand adalah perempuan); "this bus to Mo Chit bus terminal?", terus dijawab "kha, Mo Chit kha". Langsung naik deh!

Bus nya kayak bus damri dalam kota Bandung, AC-nya dingin. Naik bus shuttle ini, jauh atau dekat bayarnya 30Bath. Persinggahan pertama yang ramai penumpangnya turun adalah di Mo Chit BTS, kalau mau ke terminal bus, jangan turun disini karena masih jauh banget Mo Chit BTS ke Mo Chit bus Terminal. Ketika tumpah ruah manusia turun dari bus, aku tidak turun, kalem aja duduk. Dan tersisa 4 penumpang.

Setibanya di Mo Chit Bus terminal, aku langsung mencari counter penjualan tiket bus ke Pattaya, cukup lama berkeliling, dan nanya dua kali ke satpam dan juga petugas disana. Ternyata hanya satu counter yang menjual tiket bus ke Pattaya, counter nomor 78. Harga tiket dari Mo Chit ke Pattaya 117Bath, bus nya berangkat setiap 20 menit sekali. Duduk manis di bangku bagian belakang banget, disamping toilet bus pula, aku gak bisa tidur. Hiksss!!!

Lebih dari 3 jam perjalanan dari Bangkok (Mo Chit) ke Pattaya, tepat di pemberhentian bus terakhir di terminal Pattaya, aku makan dulu, santai dulu sebelum nyari trasportasi menuju ke hostel. Ada 3 pilihan transport di Pattaya; taksi, ojek, dan Songtew (ini mirip sama tuk-tuk kalo di Bangkok). Kalo naik Songtew, nawar ampe mulut berbusa dah! Aku pilih ojek, seharga 80Bath sampai ke depan hostel. Sebenarnya ada moda transport yang cukup nyaman, kayak Uber atau Grab; tergantung budget aja.

Setibanya di hostel, langsung check in, beres-beres dan istirahat. Hostel yang aku pilih di Le Private, di wilayah Soi Lengkee, hostelnya cukup nyaman. Ownernya orang bule, petugasnya juga ramah. Cukup nyaman untuk ukuran hostel murah, kamarnya muat dua orang, bisa sharing cost kalo nginep berdua. Harganya seratusan ribu untuk dua malam. Hanya saja, agak bising karena kiri kanan dan di luar hostel adalah bar, club, pub, dan night life nya Pattaya. Aku memilih tidak keluar, karena capek banget abis perjalanan jauh.

Keesokannya, aku pergi ke Pattaya Beach (pantai pattaya yang tersohor itu). Hanya jalan kaki sekitar 10 menit dari hostel. Menikmati panas, dan manusia nya. Pattaya beach memang terkenal karena keindahannya, rugi kalo tidak dinikmati, jadi lah aku berlama-lama disini sampai malam, dan menikmati sunset. Masuk mall sesekali, yang sudah disuguhkan di dekat pantai.

Malam tiba, ratusan perempuan memadati area pantai. Mereka adalah penyedia jasa seks, dengan arti lain mereka adalah pelacur yang sedang mangkal di tepi pantai, yang juga adalah tepi jalan. Pakaian mereka minim bahan, dengan dandanan yang mencolok. Eitss, jangan salah, tidak semua dari mereka adalah perempuan, melainkan ladyboy yang mengalahkan kecantikan perempuan umumnya.

Aku menikmati pemandangan sekitar, sambil mengikuti langkah. Sesekali ditawarin, aku memasang muka tak bersahabat. Tidak jauh, aku masuk ke walkstreet, disini jantung kehidupan malam di Pattaya. Tidak hanya jasa seks perempuan yang dipajang di tepi jalan, juga jasa seks laki-laki. Ada satu tempat menarik, namanya FreshBoy, yang menyediakan jasa seks laki-laki muda. Disana banyak terpajang laki-laki hanya dengan busana celana dalam, tersedia! Aku tidak mengerti untuk kasus yang ini, apakah mereka menjual diri karena kemiskinan atau karena life style.

Pattaya menyediakan hiburan malam yang penuh sensasi, semakin larut malam suasananya semakin panas. Aku memilih pulang, setelah menghabiskan uang untuk membeli dua botol minuman air putih dan satu porsi makanan di FreshMart, yang kemudian kunikmati di pinggir pantai bersama tenggelamnya mentari. Aku pulang jalan kaki, sambil menikmati suasana kehidupan malam yang semakin liar.

Bersambung....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar